Jumat, 27 Desember 2019

Banjir Sungai Batanghari

Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari mempunyai luas sekitar 4.537.882 Ha, sebagian besar terletak di Provinsi Jambi dan sebagian lagi di Sumatera Barat. DAS Batanghari dengan sungai Batanghari merupakan jalur tranportasi utama yang menghubungkan kota Jambi dengan daerah-daerah pedalaman atau juga alur transportasi dari Jambi ke daerah luar Provinsi Jambi. DAS Batanghari terbagi menjadi menjadi enam (6) Sub DAS yaitu: Sub DAS Batanghari Hulu; Sub DAS Batang Tebo, Sub DAS Batang Tabir, Sub DAS Sumai, Sub DAS Batang Merangin Tembesi dan Sub DAS Batanghari Hilir.


Hulu Sungai Batanghari Berbentuk Meander (Berkelok)


Pola aliran sungai Batanghari bagian hulu berbentuk meander (berkelok), sedangkan di bagian hilir berbentuk stright (lurus). Secara umum bagian hulu sungai Batanghari terbagi pada dua percabangan utama yang bertemu di sekitar kabupaten Batanghari. Kedua percabangan tersebut adalah jalur 1 meliputi Provinsi Sumatera Barat (kabupaten Solok Selatan dan kabupaten Dhamasraya), ke Provinsi Jambi (kabupaten Bungo, Tebo, dan Batanghari); selanjutnya jalur 2 kabupaten Kerinci, Merangin, Sarolangun dan Batanghari. Akibat dari dua jalur percabangan ini, maka skenario banjir sungai Batanghari adalah sebagai berikut :
  1. Banjir bagian hulu sungai berlangsung relatif lebih singkat dibandingkan banjir di bagian hilir.
  2. Banjir di bagian hilir akan sangat tergantung dari peningkatan curah hujan di kedua jalur percabangan di hulu, dengan rentang waktu sekitar 1-4 hari.
  3. Jika peningkatan curah hujan hanya terjadi pada satu jalur saja maka banjir di hilir tidak akan tinggi dengan waktu lebih singkat.
  4. Jika peningkatan curah hujan terjadi pada kedua jalur namun dengan waktu yang tidak bersamaan maka banjir di hilir tidak akan tinggi dan dengan waktu yang lebih lama.
  5. Jika peningkatan curah hujan terjadi pada kedua jalur dengan waktu yang bersamaan maka banjir di hilir akan sangat tinggi dan waktu yang lebih singkat.
  6. Puncak banjir di hilir terjadi jika terjadi puncak musim hujan pada kedua jalur di hulu dan relatif bersamaan dengan puncak musim hujan di hilir serta pada saat yang sama terjadi bulan purnama sehingga terjadinya pasang maksimum.

Siklus Banjir Sungai Batanghari

Secara umum, banjir sungai Batanghari merupakan sesuatu yang rutin terjadi setiap tahun. Dimana setiap musim hujan (Oktober - Mei) terjadi peningkatan curah hujan sehingga menyebabkan meluapnya sungai batanghari dan menyebabkan banjir. Pada periode musim hujan tersebut setidaknya terjadi tiga kali banjir dengan salah satunya menjadi banjir tertinggi yang menandai terjadinya puncak musim hujan. Puncak banjir di sungai Batanghari biasanya terjadi pada bulan November-Desember dan Maret-April.

Sejarah Banjir Besar Sungai Batanghari

Berdasarkan data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), banjir besar Batanghari terjadi pada tahun 1955, 1967, 1991, 1992, 2003, 2006, 2007, 2010, 2013, 2014, dan tahun 2015. Sejarah mencatat bahwa banjir tahun 1955, 1991/1992. dan 2003 merupakan banjir besar yang sangat signifikan. Pada saat banjir besar tersebut terjadi kawasan Bioskop Duta, Pasar Los, dan Simpang Bata di Kota Jambi tergenang air. 

Banjir Jambi 18 Februari Tahun 1955
(sumber : https://jambi.tribunnews.com/2015/02/12/berita-foto-tempo-dulu-banjir-besar-melanda-jambi)

Banjir Kota Jambi  18 Februari Tahun 1955
(sumber : https://jambi.tribunnews.com/2015/02/12/berita-foto-tempo-dulu-banjir-besar-melanda-jambi)
Banjir besar lainnya yang hampir menyamai kondisi tahun 1955 adalah banjir tahun 1991/1992 dan tahun 2003, pada kedua banjir ini kawasan Simpang Bata yang berdekatan dengan Bioskop Duta di Pasar Jambi juga terendam air.
Kondisi Banjir di Kawasan Simpang Bata Kota Jambi Tahun 1991

Adaptasi Masyarakat Lokal Terhadap Banjir
Akibat rutinnya banjir sungai Batanghari yang terjadi setiap tahun, maka penduduk lokal khususnya di bagian hilir beradaptasi dengan membuat rumah panggung. Rumah panggung adalah rumah yang menggunakan tiang dengan ketinggian tiang bervariasi dari 1,5 meter - 3,5 meter dari permukaan tanah. Tiang rumah panggung terbuat dari pohon kayu bulian yang merupakan kayu yang tahan terhadap kondisi basah dan kering hingga puluhan atau bahkan ratusan tahun. Untuk alat transportasi selama kejadian banjir, setiap rumah mempunyai setidaknya satu buah perahu atau sampan. 
Rumah Panggung di Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi
Perahu yang Sedang diparkir di Sebuah Jembatan

Akibat terjadinya banjir musiman ini, maka sawah-sawah hanya bisa ditanami setahun sekali yaitu pada musim kemarau. Pada saat terjadi banjir, mata pencaharian masyarakat lokal adalah mencari ikan dan mengumpulkan ikan hias. Hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi sebenarnya banjir yang rutin ini menjadi berkah bagi masyarakat di hilir sungai Batanghari.
  
Selain rumah panggung, sebagian masyarakat lokal membuat rumah terapung di pinggir sungai yang akrab disebut rumah rakit. Namun sejak tahun 1990an rumah-rumah rakit banyak dipindahkan ke darat dengan program pemerintah ataupun inisiatif mereka sendiri. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelestarian sungai Batanghari dari pencemaran dan meningkatkan estetika sungai.
Rumah Rakit (Sumber : google.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar