Rabu, 11 Desember 2019

Short Research Visit Ke Jepang


Latar Belakang dan Persiapan

Semua berawal dari pertemuan di akhir tahun 2017. Tepatnya 6 November 2017, dimana kantor kami dikunjungi oleh seorang Pengajar dari Disaster Prevention Research Institute-Kyoto University DPRI-KU dan seorang peneliti dari Limnologi-LIPI. Tujuan utama kedatangan mereka adalah untuk mensosialisasikan kegiatan riset multiyears tentang Topik Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari. Kebetulan saya ditunjuk oleh pimpinan untuk memberikan presentasi tentang kondisi iklim DAS Batanghari dan perubahannya. Gayung bersambut, mereka tertarik dan secara spontan mengutarakan keinginannya mengundang saya untuk bergabung dalam tim riset mereka dan melaksanakan riset di DPRI-KU Jepang. 

Waktu pun berlalu dengan cepat, hingga di bulan september 2018 saya dihubungi untuk melengkapi formulir daftar isian sebagai Invited Researcher di DPRI-KU. Daftar isian tersebut meliputi data diri, pendidikan, dan pengalaman bekerja. Dua minggu setelah mengirimkan daftar isian, saya pun memperoleh Invitation Letter sebagai Invited Researcher di DPRI-KU, untuk periode 15 Januari - 30 Maret 2019. Awalnya saya sangat senang, namun setelah googling tentang cuaca di Jepang pada periode tersebut saya khawatir juga. Untuk diketahui bahwa saya termasuk orang yang nggak tahan dengan suhu dingin, dan pada bulan Januari merupakan termasuk bulan terdingin di Jepang. Tawar punya tawar, akhirnya saya minta masa kunjungan saya dipersingkat menjadi 15 Februari - 30 Maret 2019, dan disetujui oleh pihak DPRI-KU. Yes.. anak kampung Ulu Gedong dari Jambi Kota Seberang ini akan segera ke Jepang.... he he he...

Setelah mengurus segala perizinan, akhirnya saya memperoleh VISA untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Setelah keluar VISA, pihak sekretariat DPRI-KU meminta saya untuk mendaftar tempat tinggal secara online di Ohbaku International House dan Uji International House. Kedua international house tersebut dibawah pengelolaan Kyoto University dan letaknya sangat dekat dengan Kampus Uji dimana nanti saya akan melaksanakan kegiatan. Karena banyaknya peminat dan terbatasnya ruang kamar, maka harus dilaksanakan undian untuk mendapatkan tempat tersebut.

Saya kurang beruntung, dua kali mendaftar saya gagal mendapatkan kamar. Sementara kolega saya berhasil memenangkan undian untuk tinggal di Ohbaku International House (Single Room). Dan untuk saya, pihak sekretariat menyewakan sebuah family room di Muakijima Gakusei Center. Mukaijima adalah sebuah apartemen milik swasta sehingga harga sewanya jauh lebih mahal. Sewa kamar family room untuk 1,5 bulan sekitar 75.600 Yen ditambah 6000 Yen untuk service charge, ditambah juga biaya sewa kasur dan selimut serta biaya listrik. Total hampir 15 juta rupiah. Namun saya tidak perlu memikirkan soal biaya tersebut karena semua biaya sudah ditanggung oleh sekretariat. 
Mukaijima Gakusei Center

Perjalanan  Ke Kyoto
Hari H pun tiba (14 Februari 2019). Saya memilih penerbangan Garuda mengingat jaminan kehalalan makanan yang disajikan dalam pesawat nantinya. Harga tiketnya lumayan mahal yaitu sekitar 8.6 juta rupiah dari Jambi-Kansai untuk satu kali jalan, namun saya tidak perlu khawatir karena semua akomodasi bakal diganti oleh DPRI-KU. Rute penerbangan saya waktu itu adalah Jambi (DJB) - Jakarta (CGK) - Denpasar (DPS) - Kansai (KIX). 

Saya tiba di Bandara Kansai (KIX) pada 15 Februari 2019 pukul 08.30 Pagi waktu setempat (selisih waktu dengan Jambi adalah 2 jam lebih cepat). Sempat cemas dengan pemeriksaan imigrasi, namun ternyata semua berlangsung dengan sangat lancar. Setelah mengambil bagasi dan melewati pemeriksaan x-ray terakhir, ternyata saya sudah ditunggu oleh petugas MK-TAXI. Kebetulan kolega saya sudah memesankan taxi secara online mengingat saya datang sendiri dan baru pertama kali ke Jepang. MK-TAXI yang saya tumpangi merupakan sebuah mobil engkel yang bisa ditumpangi banyak orang. Perjalanan dari bandara Kansai ke Mukaijaima Gakusei Center di Kota Uji sekitar 2.5 jam karena sopirnya mengambil jalan memutar menghindari kemacetan pada jalur utama.

Setelah sampai di Mukaijima, saya mendapat kabar yang kurang baik, dimana kamar yang dibooking oleh sekretariat ternyata baru bisa ditempati keesokan harinya pada tanggal 16 Februari 2019. Sempat bingung, tapi hari itu saya beruntung karena seorang kolega yang berasal dari India bersedia menumpangi saya malam itu di kamarnya. Dr. Netrananda Sahu namanya. Beliau sedang melaksanakan postdoc pada lab yang sama dengan lab yang akan saya tuju. Tidak hanya sampai disitu, Sahu-san juga meminjamkan sepedanya buat saya selama beliau pulang ke India besok harinya. Alhamdulillah... selalu ada orang baik yang membantu tanpa perlu bertanya apa Suku, Bangsa, Agama dan Ras .... salam kemanusiaan....

Bersama Dr. Netrananda Sahu
Saya bergabung di lab Takara (Prof. Kaori Takara) DPRI-KU. Lab ini terletak di Kampus Uji Kyoto University. Perlu diketahui bahwa Kyoto University memiliki tiga kampus yaitu Kampus Yoshida (Kampus Utama) terletak di Pusat Kota Kyoto yang merupakan kampus utama bagi mahasiswa S1, kemudian Kampus Uji terletak di Kota Uji untuk mahasiswa S2 dan S3 merupakan pusat riset energi dan ilmu alam, dan terakhir Kampus Katsura (berdiri sejak 2003) yang terletak sekitar 7 KM dari Kampus Utama Yoshida.

Di Depan Kampus Uji Kyoto University
Di Depan Kampus Yoshida Kyoto University dengan Ikon Utama Pohon Beringin

Kegiatan Selama di Kyoto University

Minggu pertama hanya diisi dengan berkenalan dengan lingkungan dan anggota laboratorium. Laboratorium Takara terdiri dari beberapa ruangan seperti : Ruang Profesor, Ruang Associate Profesor, Ruang Sekretaris, Ruang Mahasiswa S2 dan S3 yang dapat menampung banyak mahasiswa, dan ruang serbaguna yang kami gunakan. Selain saya dan rekan, juga ada Visited Profesor dari McGill University yang bernama Prof. Van Thanh Van Nguyen. Dan seorang peneliti dari Myanmar yang bernama Wai Mi Myat.

Bersama Prof. Van dan Way Mi Myat
Suasana Ruang Kerja di Lab Takara DPRI-KU
Hari-hari berikutnya diisi dengan melaksanakan penelitian yang diselingi dengan berbagai seminar dan Party (jamuan makan), serta jalan-jalan tentunya he he he...

Saya kebagian mengolah data proyeksi dari Meteorological Research Institute (MRI) yang berupa data iklim resolusi 5 km untuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari Jambi periode Present (1980-2000) dan Future (2079-2100). Setiap minggu diadakan seminar laboratorium dimana setiap anggota mempresentasikan progres risetnya dan mendapat arahan dari Sensei.
Suasana Seminar Internal Lab
Van Sensei Memberikan Materi
Disamping melaksanakan riset, kami juga diarahkan untuk mengikuti berbagai seminar dan pertemuan seperti : Seminar Tahunan DPRI-KU tanggal 19-23 Februari 2019 (khusus presentasi dalam bahasa Inggris), menghadiri kunjungan dari Tim Fakultas Teknik Lingkungan Universitas Indonesia tanggal 26-02-2019, Seminar Japan-Asean Science, Technology and Innovation Plattform (JASTIP) dengan Universiti Teknologi Malaysia (UTM) tanggal 11-03-2019, Seminar For Remote Sensing Research in Indonesia tanggal 14-03-2019, Seminar Global Alliance of Disaster Research Institute (GADRI) tanggal 13-15 Maret 2019.
Kunjungan Fakultas Teknik Lingkungan Universitas Indonesia
Seminar Internal DPRI-KU
Seminar JASTIP
Seminar For Remote Sensing Research in Indonesia
Selain seminar, ada kegiatan jamuan makan (party) yang merupakan salah satu kegiatan informal yang sayang jika dilewatkan. Jamuan makan dilakukan untuk menyambut anggota lab yang baru, melepas anggota lab yang akan keluar, merayakan kelulusan anggota lab dan sebagainya.



Untuk jalan-jalan, saya posting dalam judul yang lain ya.. Wisata Kyoto, Wisata Kota Kobe dan Osaka, Wisata Nabana No Sato Illumination.... silahkan dibaca ya gaesssss....

Untuk urusan makan, saya membawa 1 dus mie instan dari tanah air, kopi dan teh, serta 2 kg abon ikan. Jadi untuk sarapan pagi saya membeli nasi siap saji yang tersedia di Lawson Store dengan lauk telur ceplok atau dadar dengan abon ikan atau mie instan (kamar yang saya tempati sudah tersedia kompor listrik dan kulkas sehingga bisa masak dengan bebas). Sedangkan makan siang di kantin kampus dengan harga murah meriah. Namun mesti teliti memilih menu supaya tidak termakan menu yang tidak halal. Oh iya, saya lupa sampaikan bahwa jam kerja kami adalah jam 09.00 sd 17.00. Namun kami terbiasa pulang ke apartemen setelah shalat Maghrib atau bahkan setelah shalat Isya. Jadi makan malam lebih sering di kantin kampus. Penghematan gaesss he he he......

Salah Satu Menu di Kantin Kampus Uji (hanya 500an Yen)
Suasana Kantin Saat Makan Siang

Kembali Ke Tanah Air
Waktu berjalan dengan cepat, beberapa hari lagi tanggal 30 Maret 2019 dimana kami harus meninggalkan Kota Kyoto. Sudah waktunya bersih-bersih kamar. Aturan apartemen Mukaijima menyebutkan bahwa sehari sebelum checkout kamar harus bersih dan tidak ada satu barang pun yang tertinggal. Akan diadakan inspeksi dari pengelola apartemen untuk memastikan hal tersebut. Jika lantai, dapur, balkon, dan kamar mandi dinyatakan masih kotor maka siap-siap denda maksimal 11.000 Yen menanti... Aturan yang berbeda dengan di negara kita. Ya kedisiplinan adalah salah satu pelajaran berharga dari negara ini.

Sebelum kembali ke tanah air, kami menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh seperti jajanan ringan untuk keluarga dan teman di tanah air. Kebetulan ada toko pusat oleh-oleh yang sangat murah di Rokujizo.. kami pun meluncur kesana dengan menggunakan sepeda tentunya....

@Rokujizo
Mencoba Sukiyaki di Rokujizo

Bandara Kansai
Sempat delay lebih dari 2 jam, akhirnya pesawat Garuda rute Kansai-Denpasar take off juga.. Selamat tinggal Kyoto dan semoga bisa kembali.... Welcome Indonesia... 

3 komentar: