Catatan Banjir MH 2021/2022... lanjutan
Ini adalah judul novel pertama dari serial LUPUS yang terbit sekitar tahun 1986. Siapa sangka cerpen yang awalnya hanya bonus novelet di majalah HAI itu menjadi sangat fenomenal karena mampu menyedot perhatian remaja kala itu. Novel tersebut kemudian difilmkan dengan judul yang sama. Meskipun mirip dengan judul film komedi Kejar Daku Kau Kutangkap, namun alur ceritanya tidak berhubungan dan sangat jauh berbeda.
Hilman Hariwijaya sang pengarang berhasil menghidupkan karakter LUPUS, seorang anak SMA Merah Putih yang tengil. Ciri
khasnya adalah permen karet yang tidak pernah lepas dari mulutnya. Model rambut
jambul ala John Taylor Duran-Duran, juga sifatnya yang konyol. Saking
konyolnya, dalam sebuah adegan tentang gagalnya kencan pertama LUPUS dengan
gebetannya. Lupus berjanji menjemput Poppy jam 5 sore, tapi sampai malam hari
Lupus tidak kunjung datang. Keesokan harinya ketika dicecar Poppy tentang
kenapa dia tidak datang kemarin, mungkin dalam benak kita Lupus akan menjawab
dia ketiduran, lupa, atau tidak punya ongkos. Namun kalimat yang keluar adalah : "saya
tidak tau dimana rumahmu Poppy".. he he Lupus memang konyol. Lalu
Apa Hubungannya dengan Banjir ?
Jawabannya TIDAK ADA.
Saya hanya ingin mengenang sang pengarang yang wafat pada
tanggal 09 Maret 2022 lalu. Namun judul Tangkaplah Daku Kau Kujitak! sepertinya cukup relevan untuk memulai
tulisan ini. Frase ini seolah menggambarkan adanya sebuah jebakan. Mungkin
mirip jebakan kondisi kering di dalam Musim Hujan. Beberapa kelompok tani
'tergiur' untuk menanam, sehingga lupa terhadap ancaman banjir yang masih cukup
besar potensinya.
Beberapa hari yang lalu Tinggi Muka Air (TMA) sungai Batanghari mulai merangkak
naik. Walaupun belum bisa dikategorikan sebagai banjir, namun tren peningkatan
TMA sungai Batanghari terlihat nyata. Dalam catatan saya, ini nantinya
akan menjadi banjir kelima dalam MH 2021/22 ini. Keempat banjir terdahulu
terjadi di bulan September, November, dan Desember tahun 2021 serta Februari
2022. Tentu dengan level ketinggian air yang berbeda.
Selama 4 kali banjir terdahulu, mungkin ada banyak sawah yang sempat terendam
sehingga puso dan sangat mungkin tidak sedikit juga yang berhasil panen.
Karakteristik tiap hamparan sawah di Provinsi Jambi memang berbeda. Umumnya
memang dekat bantaran sungai, Ada yang sangat rawan banjir sehingga hanya bisa
ditanam 1 kali setahun, namun ada juga yang relatif aman dari meluapnya sungai sehingga
bisa mencapai IP2, IP2,5 atau bahkan IP3.
Dengan kondisi tersebut, maka informasi iklim mesti disampaikan dengan lebih
berhati2. Tidak bisa menyamakan dampak curah hujan yang akan terjadi pd
setiap lokasi sawah.
Maka cepat atau lambat, metadata fisik sawah akan menjadi kebutuhan, karena
untuk memenuhi prakiraan iklim berbasis dampak. Pertanyaan yang paling sering
ditanyakan oleh petani adalah Kapan
mulai tanam? Apakah akan terjadi banjir di sawah mereka?
Dengan kondisi dan tingkat kerawanan banjir yang berbeda tentu menjadi
kesulitan tersendiri bagi BMKG untuk menjawab pertanyaan tersebut diatas.
Ditambah lagi dengan problem akurasi, tentu menambah kerumitan dalam Climate
Impact Based Forecast ini.
Maka dari itu pemikiran untuk membangun database metadata fisik sawah mungkin
menjadi salah satu solusi. Informasi luas lahan, bentuk lahan, jarak ke sungai,
tingkat rawan banjir dan sebagainya didokumentasikan secara detil. Nantinya
informasi ini dijadikan input dalam pemodelan banjir.
Sebuah kerja besar memang, kalau sekedar dibayangkan tentu tidak akan pernah
selesai. Mau mulai dari mana? Mungkin pilot project nya bisa di sawah
lokasi SLI. Setidaknya forecaster bisa menjadi expert di lokasi itu. Baru
kemudian merambah ke lokasi yang lain. Mimpinya adalah bukan hanya
menghindarkan petani dari iklim ekstrem tapi lebih jauh dari itu yaitu
meningkatkan IP petani. Tentu saja dengan kombinasi penggunaan bibit unggul yang
berumur pendek dan prediksi iklim yang akurat.
Kembali ke Soal Banjir
Banjir kali ini sepertinya akan terjadi sampai akhir bulan
maret, masih tingginya hujan di barat Jambi dan proses mengalirnya air ke hilir
yang sampai memakan waktu 3-7 hari menjadi penyebabnya.
Namun pertanyaan besarnya bukan itu, tapi apakah
masih akan ada banjir setelah banjir bulan maret ini?
Jika berkaca dengan tahun 2021 lalu, banjir terakhir terjadi di bulan mei.
Ini memberi sinyal bahwa masih akan ada banjir setelah maret ini, yang mungkin saja merupakan banjir terakhir dalam MH 2021/2022 ini. Hal ini diperkuat dengan prediksi curah
hujan bulan April 2022 yang masih berpotensi terjadinya curah hujan tinggi di
bagian barat Provinsi Jambi.
Bagaimana Strategi Pertanian ?
Bagi hamparan sawah yang rawan banjir, ada opsi membuat persemaian disaat puncak banjir terakhir, tentu saja dilakukan di tempat yang tinggi atau dengan teknik persemaian apung. Kemudian saat banjir surut, langsung dilakukan pengolahan tanah dan umur persemaian sudah siap tanam. Strategi ini dapat menghemat waktu dan setidaknya akan menghindarkan petani dari kekeringan di musim kemarau. Disamping itu, juga menghindarkan petani dari kemungkinan banjir akibat musim hujan tahun 2022/23 yang datang lebih awal akibat La Nina.
Telanaipura, 19 Maret 2022
Catatan :
IP = Indeks Pertanaman
disclaimer :
"Tulisan ini hanya pendapat pribadi, untuk informasi yang lebih detil dan resmi bisa menghubungi kantor BMKG terdekat"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar