Jumat, 15 Januari 2021

Banjir Kota Jambi Akhir Tahun 2020

Banjir lagi-lagi menerjang Kota Jambi, kali ini dirasakan sangat dahsyat karena air setidaknya menggenangi 22 kelurahan dari 6 kecamatan dengan kedalaman bervariasi antara 0,5 - 1,5 meter. Banjir yang terjadi pada tanggal 31 Desember 2020 itu menggenangi daerah langganan banjir di Kecamatan Telanaipura, Jelutung, Kota Baru, Alam Barajo, Danau Sipin, dan Jambi Timur. Untungnya tidak ada korban jiwa dalam kejadian banjir kali ini.

Dari aspek posisi geografi dan kondisi landscape, potensi terjadinya banjir di Kota Jambi memang cukup tinggi, karena dapat disebabkan oleh dua tipe banjir. Pertama adalah banjir kiriman akibat meluapnya sungai Batanghari, banjir ini lazim disebut sebagai banjir sungai yang durasinya dapat berlangsung hingga satu minggu atau bahkan lebih tergantung intensitas curah hujan di bagian barat (hulu sungai). Kedua adalah tipe banjir kota, yaitu terjadinya genangan akibat daya dukung lingkungan yang rendah dimana drainase dan sungai dalam kota tidak mampu menampung air hujan yang lebat. Jika banjir sungai biasanya terjadi didalam musim hujan, maka banjir kota tidak hanya dimusim hujan tetapi juga dapat terjadi di musim kemarau walaupun probabilitasnya lebih rendah. Contohnya banjir Kota Jambi yang terjadi pada tanggal 5 September 2013 yang notabene masih dalam musim kemarau, hujan lebat beberapa jam telah menyebabkan terendamnya pemukiman warga. Walaupun durasi banjir kota hanya dalam hitungan jam (maksimal 1 hari) namun kerugian yang ditimbulkan akan jauh lebih besar daripada banjir sungai. Air yang datang tiba-tiba dan biasanya pada malam hari menjadi penyebab utamanya.

Kembali ke banjir akhir tahun 2020

Banjir yang terjadi pada tanggal 31 Desember 2020 di Kota Jambi masuk dalam kategori banjir kota, karena pada saat yang sama tinggi muka air (TMA) sungai batanghari sedang berada pada kondisi Bawah Normal. Dengan kata lain tidak ada limpasan air dari sungai batanghari yang masuk ke Kota Jambi. Distribusi curah hujan Kota Jambi dan sekitarnya pada tanggal 31 Desember 2020 menunjukkan bahwa telah terjadi hujan lebat (51-100 mm/hari) hingga sangat lebat (101-150 mm/hari) sejak jam 01.00 WIB. Menurut kesaksian warga, banjir mulai menggenangi rumah mereka mulai pukul 02.00 dini hari dan terus meningkat hingga menjelang pagi. Akibatnya barang-barang milik warga tidak bisa terselamatkan, karena mereka fokus menyelamatkan diri dari kepungan banjir.

Data satelit image Himawari menunjukkan bahwa sejak jam 12.00 UTC (19.00 WIB) tanggal 30 Desember 2020 awan konvektif mulai tumbuh dan terus berkembang hingga masuk fase matang (mature) untuk kemudian menjadi hujan. Hal ini tidak lepas dari kontribusi terjadinya pola angin konvergensi (pertemuan angin) dari barat dan utara serta belokan angin (windshare) yang dari utara ke timur diatas pulau sumatera, melewati provinsi Jambi bagian tengah. Akibatnya terjadi perlambatan angin sehingga mendukung konvektif aktif untuk terbentuknya awan-awan hujan. 

Trend Curah Hujan

Berdasarkan data tahun 1983-2020, trend frekuensi kejadian hujan >50 milimeter/hari di Kota Jambi cenderung datar atau bahkan sedikit menurun. Hal ini berarti bahwa tidak ada perubahan yang signifikan dari sisi iklim yang dapat mempengaruhi banjir kota di Kota Jambi. 

Rata-Rata frekuensi kejadian curah hujan >50 milimeter/hari di Kota Jambi adalah 7 kali per tahun. Dimana frekuensi tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu 17 kali dan frekuensi terendah adalah 2 kali yaitu pada tahun 1990 dan 1997. Artinya tidak ada tahun yang tidak terjadi curah hujan >50 mm/hari, implikasinya bahwa potensi terjadinya banjir di Kota Jambi akan selalu ada dalam tahun-tahun mendatang jika daya dukung lingkungan tidak ditingkatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar